“TETAP BERTAHAN DENGAN PENSIL ATAU PINDAH MIGRASI KE PULPEN SAAT ANAK MENULIS?"
Sebuah bahasan remeh mengenai pertanyaan yang selalu sama dari masa ke masa yang tak kunjung usai mengenai kapan diperbolehkannya seorang anak menggunakan bollpoint atau pulpen dalam menulis. Ini menjadi menarik di simak dan seringkali menjadi bahan perbincangan dan pertanyaan oleh anak-anak kita.
Tentu kita sering mendengar anak-anak bertanya “Kapan aku boleh menulis dengan pulpen?" atau “Aku salin tulisan itu menggunakan pensil atau pulpen bu?"
Lalu bagaimanakah sebaiknya kita menanggapinya, "Pensil atau Pulpen"?
Sebenarnya dalam hal ini tidak ada ketentuan pakem dan bakunya mengenai harus pakai pensil atau pulpen dalam menulis. Hanya saja bun, pada dasarnya seorang anak ketika sedang masih belajar menulis selalu diajarkan oleh gurunya kalau tulisannya diminta rapi, tanpa coretan, dan bisa di baca. Maka kebiasaan mempergunakan pensil dalam hal ini lebih di utamakan dan di pilih sebagai alat menulis yang pas jika dibanding dengan pulpen. Namun ketika anak sudah mencapai tahapan menulis yang bagus, pulpen mulai dipergunakan. Pulpen mengajarkan secara langsung kepada si anak agar lebih berhati-hati di dalam menulis, non coretan atau hapusan block hitam, dan secara tidak langsung memaksa si anak agar lebih bertanggungjawab terhadap isi tulisan.
Di dalam dunia kerja, kita melihat jika ada kesalahan di dalam penulisan baik kesalahan karena ketidaktahuan atau kelalaian sehingga menyebabkan ejaan kata menjadi salah dan tidak bisa di baca maka tidak di sarankan menyoret coret sampai ngeblock tinta hitamnya. Akan tetapi dibenarkan dengan cara di coret paraf atau di renvoi. Sehingga kesalahan tulisan/ ketikan masih bisa di lihat dan dibaca.